Friday, July 24, 2020

Dari hati untuk Aku

0

Aku tak sanggup mengeja maksudmu. Sayang yang tak ingin memiliki namun terus memberi arti. Sejatinya bukan kepastian yang di beri, melain harap demi harap yang pelan - pelan kau kubur mati.

Iya aku tahu kita hanya berteman.Kamu hanya menawarkan. Bukan memaksa. Tak usah kau ulang. Aku sudah paham. Kedekatan bukan berarti pacaran. Perhatian bukan berarti ada kepastian. Sebelum aku berani memulai peran bersamamu. Aku mengerti bahwa cinta tak terus tentang bersama. Melainkan tentang sayang saja.

Bolehkah aku bertanya pada kaca yang hanya bisa diam bak patung ini?

"Juli, sampai sini kau paham?"

Inginku hanya tersenyum. Dikepalaku terlintas semua yang menyakitkan. Itu karna aku adalah seorang yang pendendam. Aku sangat sulit memaafkan. 

Pada bibir yang kuat untuk tersenyum, terimakasih telah menyembunyikan banyak duka. Terimakasih sudah membantuku bicara sekeras - kerasnya waktu itu.  Meski yang memutuskan pergi bukan aku, keadaan tetap keadaan. Kadang seseorang tak ingin di salahkan hanya karna tak ingin patuh pada sebuah janji. Ia lebih ingin menjaga hati untuk seseorang nanti yang sudah pasti tak ingin aku yang ia miliki.

Akhirnya aku paham, tuhan maha baik. Ia menjauhkan ku dari orang orang yang aku sayang, lalu mengganti dengan orang -   orang yang sayang denganku. Ia membolak balikkan hati setiap orang, yang tadi nya menginginkanku, sekarang lebih baik melepaskanku. yang tadinya tak pernah ku harapkan, kini seperti aku sedang menunggu sebuah jawaban.

Berapa harga sebuah Juli?
Bertahun - tahun aku bertemu luka, dan kau adalah juli terakhir yang membekat di relung paling dalam di tengah - tengah ingatan. Kau obrak - abrik semua perasaan Juli yang sudah ku minta sebelumnya untuk tetap baik - baik saja. 
Tak mengapa untuk sebuah keputusan. Apa kau fikir aku rela memaafkan? 
Tenang sayang, sekarang pergilah kemanapun kau suka. Pilihlah kata - kata terbaikmu untuk semua hal yang sudah ku benci saat ini. Mataku mengharapmu, bibirku tersenyum untukmu. Tapi hatiku tak akan pernah ingin memaafkanmu.

Untuk hati yang sedang ku nasehati setiap hari; terimakasih ingin belajar menghargai diri sendiri, menghargai semua dosa yang sudah di buat, menghargai kesalahan yang sudah di ambil, menghargai waktu yang sudah terbuang.
Kini berfikirlah lebih luas, melihatlah lebih jauh. Seperti segalanya telah terpayungi oleh awan - awan perasaan baik. Belajarlah mengiklhaskan. Paling tidak coba merelakan apa - apa yang tak bisa kembali menghangatkan.

Terima kasih lagi sudah selalu mengingatkan aku untuk menjadi yang lebih baik. Pun aku tak ingin menjanji untuk bisa jadi yang terbaik karena aku manusia biasa. Tahu kadar sempurna milik siapa. Aku hanya ingin menjadi sosok ideal menurut sketsa wanita muslimah masa depan. 

0 komentar:

Post a Comment