Friday, February 14, 2020

Halu

0

Dulu, aku pernah mencintai seseorang yang kehangatannya kini kurasakan denganmu. Bersamanya tak sebanding dengan cepatku mencintaimu. Bersamamu aku selalu merasa bahwa pagiku akan datang cara yang berbeda. Bahwa hatiku tetap menginginkanmu ada di dalamnya.

Sialnya. Ketika aku sudah mulai sibuk mencintaimu, malaikat disebelahmu bukan hanya aku.

Ternyata, waktu belum bicara tentang masa depan kita - meski aku menginginkannya. Kita bukan sepasang manusia yang hanya ingin menjelma sebagai angin. Berhamburan kesana kemari tak tahu tuju. Melepaskan tak akan mudah, tak juga denganmu mencintainya.

Mengapa harus bersikeras mendapatkanku kalau jauh dari ragamu aku tetap bukan satu. Bukankah hatimu di ciptakan hanya untuk sebuah nama?
Kamu. Atau mungkin dia. Entahlah. Tapi bila harus memilih; aku lebih baik diam tanpa mengulang waktu mengenang masa-masamu denganku. Karena itu hanya akan menyakitkan sebagian hatiku yang sudah terisi oleh namamu. Karena bukan tak mungkin, suatu saat kau akan meminta seseorang itu untuk datang, lalu menyematkanku sebagai kenangan. Yaa, tanpa khawatir mungkin akan ada hati yang tersakiti.

Aku akan hidup seperti diriku sendiri setelah ini. Aku tak akan memintamu untuk mencintai diriku sendiri. Jika memang cintamu mampu dimiliki seseorang, silahkan saja. Kalau memang kebahagiaanmu tidak terletak di genggamanku, aku lebih baik pergi.

Cintai aku sebebas yang kau mau. Jangan batasi dengan segala ketakutan yang singgah di dadamu. Jangan kurung hatimu hanya karna ingin menjaga perasaanku. Kebahagiaanku memang kau yang buat, sebaliknya dengan rasa sakit yang sudah ku terima ini.
Dalam ingatan, kau tetap yang ku cintai. Tapi sekarang aku tak berjanji untuk tetap disini sewaktu - waktu keadaan tak memihak lagi.

Menunggumu sadar bahwa sekeras apapun kau berusaha, takdir tetaplah takdir. Tuhan telah menuliskan takdir itu untuk sampai di akhir kisah yang entah kemana akan berakhir.

0 komentar:

Post a Comment