Monday, December 3, 2018

Peluk teduh

0

Ada yang lebih hijau dari rumput yang terbentang luas. Ada yang lebih sejuk dari udara di pagi hari. Ada yang lebih hangat dari mentari pagi di muka bumi. Ada yang lebih dalam dari tenggelamnya sunset di ujung barat.

Kalau saja hidup dengan tidak membebankan logika dan perasaan. Kalau saja aku bukan orang yang menganggapmu sebagai tempat ter~nyaman. Tanpa ragu memilih satu detik bersamamu untuk ku abadikan. Satu detik yang segenap keberadaanmu kunantikan, bukan dengan ribuan hal lain yang menanti untuk diabadikan.

Mulanya, ku kira aku wanita yang tidak beruntung menulis seperti ini di blogger. Apalagi setelah sempat patah hati beberapa tahun yang lalu. Ada yang mengira menulis seperti ini hanya menceritakan kegalauan.

Berawal dari kalimat basa - basi, kini sapaanmu menjadi semakin yang ku nanti.
Senang mengenalmu. Senang karena aku ingin terus berbagi cerita denganmu. Senang karena aku terus menulis kalimat-kalimat tak penting yang sering melintas di benakku. Senang karena akhirnya kau meredakan ombak di dadaku. Aku terseret ke dalam matamu, kau terus melihatku dengan rindu yang sudah lama tabu.

Pertama kali mengenalmu, aku sadar bahwa aku ingin menjadi diriku lagi. Pertama kali melihatmu tersenyum, aku sadar jika itu kebahagiaan yang sudah lama hilang.
Untuk pertama kali aku melihat senyummu, aku tahu itu adalah semanis-manisnya keberuntungan yang sudah ku dapat.

Ayolah, jangan terus tersenyum seperti itu. Akan sangat tak adil jika bukan aku penyebabnya.

Kalau memang kita adalah rubik yang berantakan, semoga apa yang ku~susun lagi akan kembali rapi. Kalau memang kita hanya di takdirkan bertemu untuk sebuah selamat tinggal, bantu aku melihat kenyataan, tanpamu, semua masih akan tetap berjalan.

Berakhir seperti apapun dan dimanapun nanti, kau pasti mengerti aku selalu bersyukur kita pernah saling melengkapi.



0 komentar:

Post a Comment