Tuesday, October 30, 2018

Seperti rindu yang ingin hilang

0

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, cepat atau lambat, pepatah ini akan terjadi pada siapapun, termasuk aku. Tentu saja ada sebait luka, juga air mata setelahnya. 

Bukankah kita telah dewasa?
Bukankah dewasa berarti siap melepaskan juga merelakan?
Jika kamu mengira aku mendramatisir keadaan, itu sama sekali tidak. 
Aku menulis ini semua karena rindu.

Siapa yang prduli saat ini. Merasa atau tidak nya, yang ku tahu aku hanya berusaha meyakinkan. Kadang, rindu ini seperti lecucon, tiba-tiba tertawa saat makan, saat melihat apa yang ada di depan, bahkan saat wajahmu melintas di fikiranku.
Kadang aku merindukanmu sebagai orang yang harus ada di dekatku saat ini juga. 
Kadang aku merindukanmu sebagai orang lain yang menyapa lewat direct message sosmed. Alih-alih karena sudah membaca semua tulisanku di blog.

Aku tak pernah mengakhiri perbincangan kita.
Saat aku menulis, aku berusaha memberitahumu, aku baik - baik saja. 
Lalu aku mencoba melupakan bayang-bayangmu. Kubiarkan hilang ditelan malam.

Yaaa, aku tadi bilang aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini, aku tak lagi merasakannya. Tak perlu aku merindukanmu lagi. tugasku sudah cukup, yaitu berhenti merindukanmu.


hahaha, aku cuma bercanda...
Aku tak se ke kanak - kanakan itu.
Aku hanya berharap kau baik - baik saja, sama seperti ku.
Kita bahagia bersama di jalan yang berbeda dan sangat jauh.
Harapan ku masih sama. Suatu saat bisa bertemu dan melihat senyuman itu.
Tak ada canggung lalu berbincang.
Dan aku akan mengenalkan mu pada seseorang. 
Seseorang yang akan ku kenalkan adalah, orang yang membuatku tersenyum setelah kau membuatku diam menahannya begitu lama.

Apa kau tahu? kau mengernyitkan alismu?
Pantahkan saja hatimu!
Tak ada gunanya membenci sekarang.

Kau masih menyukaiku?
Kau tak perlu menjelaskan panjang lebar rumitnya alasan mengapa kau menyukaiku, karena sebelum kau memberiku senyum itu, aku sudah tertarik lebih dulu.

Andai rasa rindu bisa dijual, mungkin aku orang paling kaya saat ini karena aku memiliki gunungan rasa itu. Rasa rindu yang selalu tumbuh tiap harinya. Begitulah caraku bahagia. Sesederhana mengingatmu.

Jika rindu adalah arsip, maka tak ada tempat yang cukup meletakkanmu disitu. 
Bersemayamlah, seperti hantu yang kapanpun akan datang walau tak pernah terlihat.
Karena dengan begitu, aku tahu, rindu tak harus dengan melihatmu, cukup hadir bersama angin walau terkadang hanya menjadi bayangan yang sesekali menyapaku lewat hujan.

0 komentar:

Post a Comment