Thursday, November 16, 2017

Say "Yes" or "No"

0

Sudah jadi ketetapannya aku berjalan sampai kesini, banyak hal yang sudah di lewati sebelum hari ini, susah, sedih, senang, lelah, tawa, keliru, aku hampir putus asa. Hanya cita-cita sebagai obat penenang yang meneruskan keinginan dikemudian hari.
Sesekali aku berbisik dalam kesendirian. Mungkin, di suatu hari saat aku mengakui diri ini sudah paling berani, tapi disuatu tempat lututku bisa saja terkulas lemah, tak sanggup lagi berjalan lalu aku hanya bisa meratap.

Halaman bumi ini luas, satu persatu tempat yang sudah ku lewati adalah perjalanan mutlak dari cerita masa nanti. Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang sering ku pertanyakan sendiri. Berada di tempat lain menguji mentalku untuk tetap berdiri tegar dengan kaki, meski nyali pun sudah mulai ingin lari.

Hidup hanya sekali dan kesempatan untuk memilih perjalanan hidup terbaik itu nyaris selalu datang lebih awal. Hanya saja, tidak banyak orang yang menyadari.
Aku tidak menampik. Kalau di fikir lagi sebenarnya apa tujuan dari hidup?
Tuhan begitu baik memberi kesempatan yang tak bisa datang dua kali, dengan semua perjalanan yang sudah berhasil di lewati juga bisa sampai di tempat yang belum tentu nanti ku datangi lagi.
Ya, kalimat penenang itu ku dengar dari orang yang sering sekali memberi ku alasan "umur bukan menjadi patokan kedewasaan seseorang dalam berfikir".

Aku berfikir tidak sepantasnya membicarakan hal yang belum ingin ku sampaikan secara langsung denganmu, di waktu yang tepat. Hal itu membuatku berfikir, apa sebenarnya pilihan yang membuatku untuk mengakui semua hal yang sudah ku bicarakan padamu. Membuatku berfikir keras, ini memang sekedar perlakuan aneh yang suka datang tiba-tiba, belum tahu jelas kebenarannya.

Apa aku memang harus mengakui? atau aku cukup diam?
Rasa kagum semakin memuncak katika hitungan bulan dari perjalanan yang aku inginkan semakin dekat. Apakah ada saatnya aku mengakhiri semua rasa ini dengan begitu saja, dan kembali melihatmu sebagai seseorang yang datang sebagai bayangan.
Aku tidak terlalu mengenalmu. Namun, aku mengira kau juga seseorang yang punya masalalu buruk sama sepertiku, dan selama ini perbaikan demi perbaikan membuat hijrah kita di pertemukan. Bukankah begitu, apa alasan nya jika kau tidak suka membaca jika tidak ada tulisan.

Disatu titik, aku dibuat speechless sekaligus mati rasa dengan pertemuan kita. Namun di titik lain aku berusaha mengunci perasaan agar tidak sembarang, agar aku tidak terjebak nostalgia yang salah.
Mau tidak mau aku tetap dengan cara ku yang berusaha biasa saja kepadamu. begitu? AszZ, sebenarnya tidak bisa. Aku terlalu gambleng untuk tidak bertingkah biasa saja.
Tidak perlu membayangkan bagaimana ekspresiku bicara langsung denganmu, aku akan tetap biasa saja, hanya nanti kau akan melihat bagian mukaku yang sedikit menonjol dari biasanya karena gugup dan salah kaprah dengan semua tingkah.
Once again, Aku tidak menyesal sudah membicarakan semuanya kepadamu meski penjelasanku tidak tuntas. Aku juga tidak perlu mengikuti trend temanku yang lain berlomba memamerkan dengan siapa kedekatannya. Bagiku cukup aku yang mengatur rahasia sebelum kau berfikir aku adalah korban drama korea.

Anyway, Sejauh ini aku senang bertemu dengan orang - orang yang bersedia mengingatkan tentang untuk apa hidup ini. "Semua pilihan tergantung padamu". Aku hanya berharap, semoga niat baik ini sampai pada tujuannya. Jika kau di pertemukan dengan pilihan dalam hidup; "haruskah kau menulis ceritamu lalu menceritakannya, atau, memilih menyimpannya sendiri tanpa ada kesempatan untuk menceritakan?"



"YES or NO "


   


0 komentar:

Post a Comment